Asisten Teknis: Kolaborasi Tim Berdampak Besar dalam Penanganan Stunting di Kabupaten Supiori

Sorendiweri - Asisten Teknis Satgas Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Supiori, Helena Papare, menekankan pentingnya kolaborasi tim dalam upaya menanggulangi stunting di Supiori. Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi konvergensi percepatan penurunan stunting yang berlangsung di Aula Bappeda Kabupaten Supiori, Distrik Supiori Timur, Kamis (31/10). Dalam penjelasannya, Helena mengungkapkan bahwa kerja sama yang erat dan sinergis antar instansi memiliki dampak signifikan terhadap keberhasilan program penanganan stunting di wilayah tersebut.

Menurut Helena, terdapat sejumlah tantangan yang masih dihadapi oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (PPS) di lapangan. Tantangan-tantangan tersebut meliputi:

  1. Sinkronisasi Data: Helena menyoroti adanya ketidaksinkronan data antara tim teknis di lapangan, pemerintah kampung, dan OPD teknis yang tergabung dalam Tim PPS. Ketidaksinkronan ini dinilai menghambat penanganan stunting karena data yang kurang akurat menyebabkan langkah intervensi tidak tepat sasaran.
  2. Kurangnya Kerjasama Lintas Sektor: Helena juga menyoroti kurangnya koordinasi antara OPD teknis dalam Tim PPS, serta antara distrik, puskesmas, dan kampung dalam kegiatan terkait penanggulangan stunting. “Setiap sektor perlu memperkuat kerja sama agar setiap program yang berjalan dapat memberikan hasil yang maksimal,” jelasnya.
  3. Tantangan Sikap Masyarakat: Helena mengungkapkan bahwa masih terdapat orang tua yang enggan mengakui kondisi stunting pada anak mereka, yang mengakibatkan tim teknis dari posyandu dan puskesmas kesulitan melakukan penanganan intensif. Anak-anak yang telah terdata sebagai balita stunting membutuhkan perhatian khusus, tetapi kurangnya pengakuan dari orang tua menghambat upaya penurunan angka prevalensi stunting.

Upaya Pemerintah Kabupaten Supiori

Menanggapi tantangan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Supiori melalui Tim PPS berupaya mendorong sinergi yang lebih baik antarinstansi dan meningkatkan pengelolaan data stunting. Helena menjelaskan bahwa salah satu langkah utama yang diambil adalah mengembangkan sistem manajemen data stunting yang terpusat di Bappeda dan Dinas Kesehatan. Sistem ini diharapkan dapat mengatasi masalah sinkronisasi data sehingga intervensi dapat dilakukan lebih tepat sasaran.

Selain itu, Tim PPS Supiori juga berfokus pada edukasi bagi keluarga yang berisiko tinggi mengalami stunting. Edukasi ini mencakup pemahaman mengenai bahaya stunting bagi balita serta pentingnya penerapan pola makan bergizi dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan keluarga. Helena menegaskan bahwa peningkatan kesadaran masyarakat adalah kunci dalam pencegahan stunting di masa mendatang.

“Kolaborasi lintas sektor dan pengelolaan data yang baik adalah fondasi penting untuk mempercepat penurunan angka stunting di Supiori,” ujar Helena menutup sambutannya. Ia berharap melalui kerja sama yang solid, target penurunan prevalensi stunting dapat tercapai, dan anak-anak di Kabupaten Supiori dapat tumbuh sehat dan produktif. ( Diskominfo/Alfin)