Kepala DP3AKB: Prevalensi Kasus Stunting di Kabupaten Supiori Turun 2,5% di Tahun 2023

Sorendiweri - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Supiori, Juma’Ali, S.Km, menyampaikan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Supiori mengalami penurunan sebesar 2,5% pada tahun 2023. Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting yang diadakan di Aula Bappeda Kabupaten Supiori, Distrik Supiori Timur, Kamis (31/10).

Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Supiori mengalami fluktuasi. Pada 2022, angka stunting tercatat sebesar 40,2%. Namun, di tahun 2023, angkanya menurun menjadi 37,7%, menunjukkan penurunan sebesar 2,5%. “Penurunan ini menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan seluruh stakeholder terkait mulai membuahkan hasil, meskipun pekerjaan kita masih jauh dari selesai,” ujar Juma’Ali.

Tantangan Menuju Target Nasional dan Daerah

Meski terjadi penurunan, Juma’Ali mengakui bahwa angka stunting di Kabupaten Supiori masih tinggi dibandingkan target nasional yang diharapkan berada di 14% pada 2024. Selain itu, Kabupaten Supiori sendiri menargetkan penurunan sebesar 5% setiap tahunnya untuk dapat mencapai kondisi yang lebih baik. “Angka stunting masih menjadi tantangan serius yang membutuhkan kerja keras dan kolaborasi lintas sektor. Diperlukan upaya yang lebih terintegrasi untuk mencapai target tersebut,” tambahnya.

Langkah Konkret Pemerintah Daerah

Pemerintah Kabupaten Supiori telah mengambil langkah konkret dengan mengeluarkan Peraturan Bupati Supiori Nomor 23 Tahun 2023 tentang Peran Kampung dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting. Peraturan ini mendorong setiap kampung untuk memprioritaskan pencegahan stunting dalam program-programnya, terutama yang dibiayai melalui anggaran dana kampung.

“Dengan adanya peraturan ini, pemerintah kampung memiliki acuan yang jelas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya penurunan stunting di wilayah masing-masing. Kami berharap semua pihak, termasuk aparat kampung, puskesmas, dan masyarakat, dapat berkolaborasi lebih erat dalam menyukseskan program ini,” jelas Juma’Ali.

Fokus Edukasi dan Intervensi

Juma’Ali juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat, terutama keluarga dengan balita yang rentan terkena stunting. Sosialisasi tentang pentingnya asupan gizi, pola makan sehat, dan pola hidup bersih menjadi bagian dari strategi untuk mencegah terjadinya stunting. DP3AKB bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (PPS) akan terus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program-program yang berjalan untuk memastikan efektivitasnya.

“Penurunan stunting adalah tugas kita bersama. Mari kita terus bekerja keras untuk mewujudkan Kabupaten Supiori yang lebih sehat dan mencapai target yang telah kita tetapkan,” tutup Juma’Ali.

Rapat ini diharapkan menjadi momentum bagi seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Supiori untuk memperkuat komitmen dalam mengatasi masalah stunting, demi masa depan generasi muda yang lebih baik dan berkualitas. (Diskominfo/Alfin)